Wednesday, December 19, 2018

Contoh MIni Book


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb
Pertama, kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, karena atas ridho-Nya kami kelompok dua belas, dapat menyelesaikan mini book ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang kita nanti syafaatnya di Yaumul Qiyamah.
Yang kedua, kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Syariah, Ibu Siti Kalimah, M.Sy., yang telah memberi tugas kepada kelompok dua belas, yang mana tugas ini telah membuat ilmu kita semakin bertambah.
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat. Terimakasih.

Wassalamu’alakumWr. Wb



Tulungagung, Desember  2018


Penyusun






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I Komparasi Manajemen Umum Dan Manajemen Syariah 1
BAB II Tonggak Sejarah Manajemen Dalam Negara Islam 4
BAB III Perencanaan Dalam Islam 13
BAB IV Pengorganisasian Dalam Islam............................................................17
BAB V Pengarahan Dalam Islam 24
BAB VI Manajemen Sumber Daya Insani 28
BAB VII Motivasi Dalam Islam 32
BAB VIII Pengendalian Dalam Islam 38
BAB IX Kepemimpinan Dalam Islam 41
BAB X Pengambilan Keputusan 47
BAB XI Pengawasan Dalam Islam 52
BAB XII Manajemen Local Dalam Islam 56
DAFTAR PUSTAKA 61



















BAB I
A.KOMPARASI MANAJEMEN UMUM DAN MANAJEMEN SYARIAH
Pengaruh kapitalis dan sekuler manajemen
Kapitalisme adalah suatu yang tidak dapat didefinisikan tapi umumnya kita menyebut sebagai sistem kapitalis,sesuatu yang kompleks kebiasaan tradisional,energi perolehan yang tak terkendalikan dan kesempatan jahat serta perobosan hidup.
Sekuler adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau badan negara harus terpisah dari agama atau kepercayaan.
Pengaruh kapitalisme dan Sekuler dalam perjalananya,kapotalisme telah  memberikan efek buruk bagi perekonomian dan kesenjangan sosial yang semakin luas,terjadinya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. 
Perbedaan manajemen umum dan syariah
Manajemen konvensional adalah suatu manajemen yang dimiliki para pekerja berasal dari warisan dari nenek moyang disebarkan melalui mulut ke mulut dan selalu diwariskan kepada generasi selanjutnya, serta berkembang karena gagasan-gagasan yang pernah ada.Oleh karena itu, Manajemen konvensional sering disebut manajemen yang tradisional.Manajemen Tradisional adalah suatu masalah yang dipecahkan berdasarkan tindakan – tindakan yang diambil pada masa lalu.
Manajemen syariah adalah perilaku yang terkait dengan nilai-nilai keimanan dan ketauhidan. Allah SWT yang akan menyatat setiap amal perbuatan yang baik maupun yang buruk. Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Az-zalzalah ayat 7-8 yang artinya “barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,niscaya dia kan melihat (balasan)nya dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”.
Perbedaan manajemen umum dan syariah : 
Konsep dan Filosofi Dasar
Perbedaan yang mendasar antara pemasaran syariah dan pemasaran konvensional adalah dari filosofi dasar yang melandasinya
Etika Pemasaran
Seorang pemasar syari’ah sangat memegang teguh etika dalam melakukan pemasaran kepada calon konsumennya
Pendekatan terhadap Konsumen
Konsumen dalam pemasaran syari’ah diletakkan sebagai mitra sejajar, dimana baik perusahaan sebagai penjual produk maupun konsumen sebagai pembeli produk berada pada posisi yang sama. Perusahaan tidak menganggap konsumen sebagai “sapi perah” untuk membeli produknya, namun perusahaan akan menjadikan konsumen sebagai mitra dalam pengembangan perusahaan. 
Cara pandang terhadap Pesaing
Konsepnya adalah agar setiap perusahaan mampu memacu dirinya untuk menjadi lebih baik tanpa harus menjatuhkan pesaingnya. Pesaing merupakan mitra kerja yang turut serta meyukseskan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan di lapangan, dan bukan sebagai lawan yang harus dimatikan.
Budaya Kerja dalam Manajemen Syari’ah
Manajemen syariah harus mempunyai budaya kerja yang berbeda dari manajemen konvensional, sehingga mampu menjadi suatu keunggulan  dan nilai tambah dimata masyarakat. Budaya kerja yang harus dikembangkan adalah sebagaimana budaya kerja yang diteladani Rasulullah SAW.
Solusi Islam terhadap aspek manajemen 
Tabayyun
Tabayyun secara bahasa memiliki arti mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas benar keadaannya. Sedangkan secara istilah adalah meneliti dan meyeleksi berita, tidak tergesa-gesa dalam memutuskan masalah baik dalam hal hukum, kebijakan dan sebagainya hingga jelas benar permasalahannya.Tabayyun adalah akhlaq mulia yang merupakan prinsip penting dalam menjaga kemurnian ajaran Islam dan keharmonisan dalam pergaulan. Islah 
Islah
Islah adalah usaha untuk mendamaikan antara dua orang atau lebih yang bertengkar atau permusuhan atau mendamaikan dari hal-hal yang dapat menimbulkan permusuhan dan peperangan.
 Silahturahmi 
Silaturahim berasal dari Bahasa Arab, yaitu dari kata shilah dan ar-rahim. Kata shilah adalah bentuk mashdar dari kata washola-yashilu yang berarti ‘sampai, menyambung’. Jadi, silaturrahim artinya adalah ‘menyambung tali persaudaraan kepada kerabat yang memiliki hubungan nasab’.
Harmonisasi
Harmonisasi (upaya mencari keselarasan) sesama umat manusia yang dalam hal ini adalah masyarakat, di antaranya adalah: Sikap saling tolong menolong, (QS al-Maidah: 2), saling memberikan kasih sayang dan saling berdamai (QS al-Hujarat: 10), dan toleransi beragama.
Ta’awun
Ta’awun yang syar’iy di dalam kebajikan dan ketakwaan merupakan kalimat yang mencakup seluruh kebajikan, yang akan membawa kebaikan bagi masyarakat muslim dan keselamatan dari keburukan serta sadarnya individu akan peran tanggung jawab yang diemban di atas bahunya. 



 BAB II
MANAJEMEN SYARIAH  PADA ZAMAN RASULULLAH SAW
Sejak awal islam telah mendorong umatnya untuk mengorganisasi setiap pekerjaan dengan baik.jadi, dalam ajaran islam, manajemen telah di terapkan sejak zaman Rasulullah SAW,bahakan sejak masa nabi-nabi terdahulu. Pembagian tugas tugas telah mulai dibentuk, Rasulullah telah mendelegasikan Muadz bin Jabal ke Yaman dengan job description yang jelas,seraya bersabda:” Engkau aku utus untuk datang kepada kaum ahli kitab.persoalan pertama yang harus engkau dakwahkan kepada mereka adalah untuk beribadah kepada  Allah. Jika mereka telah mengetahui Allah SWT beritahukanlah kepada mereka bahwah Allah mewajibkan membayar zakat. Zakat ditarik(diwajibkan) dari orang-orang kaya selanjutnya dibagikan kepada kaum fakir mereka jika mereka mentaatinya,maka ambilah dari mereka dan jaga kemuliaan harta mereka. Dan takutlah kepada dua orang yang terdzolimi, karana doa mereka tidak terhijab oleh Allah.”penempatan the right man place merupakan hal yang sangat  penting yang harus diperhatikan oleh seorang manajer. Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda”Apabila urusan iserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tumbuhlah saat kehancuranya “(HR.Bukhori).
Rasulullah juga selektif dalam memilih pegawanya,yakni mereka yang agamanya kuat(shaleh) dan merupakan pionir dalam masuk agama islam. Disamping itu,Rasulillah juga meminta pendapat tentang track record ataupun kepribadian calon pegawai. Rasulullah pernah mencopot kepegawainya ‘Ala’ bin Alhadhrami di Bahrain karna ada laporan dari utusan Abdul Qiais dan menggantinya dengan Aban bin Sa’ad. Rasulullah juga menolak permintaan  Abu Dzar Al-Ghifari untuk dijadikan sebagai pegawai salah satu wilayah islam, karna terdapat persyaratan kopentensi yang tidak terpenuhi.
SYURA DAN PARTNERSHIP
Rasulullah sering meminta pendapat dan bermusyawarah dengan para sahabat,terutama dengan mereka yang memiliki kecermatan dan kedalaman ilmu agama, sahabat yang memiliki kelebihan intelektual, kekuatan iman dan kemampuan mendakwahkan islam.
 PEMBAGIAN TUGAS DAN WEWENANG
Rasulullah mengutus sahabat Ali bin Abi Thalib untuk menangani tugas sekretariatan dan perjanjian perjanjian yang dilakukan Rasulullah.
PEMILIHAN PEGAWAI
Kebanyakan pegawai Nabi berasal dari bani Umayah,karena  Rasulullah memilih pegawai dari para sahabat yang relatif kaya dan tidak membutuhkan gaji.Rasulullah mengangkat Abu Sofyan bin Harb sebagai pegawai di Najran,Itab bin Usaid sebagai pemimpin di Makkah.Mereka mendapatkan gaji sebesar satu dirham setiap harinya. Penggajian ini merupakan sistem renumenasi karyawan yang pertama kalinya.Para tokoh sahabat ramai ramai memberikan sedekah,harta ghanimah dan lainnya.
HARMONISASI KEMAKMURAN DAN KEADILAN
Pada Zaman Rasulullah, belum ditemukan Baitul Mal guna menyimpan harta zakat,ghanimah, sedekah dan lainya. Untuk itu, Rasulullah membagikan harga fai’ setiap hari, terutama yang merupakan  binatang ternak, setiap onta, domba, kuda dan keledai. Rasullah amemberikan dua bagian untuk yang sudah berkeluarga, dan satu bagian untuk yang masih bujang.
MANAJEMEN MASA KHULAFAURROISYIDIN
Khulafaurrosyidin merupakan para pemimpin umat islam setelah Nabi Muhammad  SAW wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan  dan Ali bin Abi Thalib. Dimana sistem pemerintahan yang diterapkan  adalah pemerintahan yang islami karena berundang-uandangkan dengan Al-Quran dan As-Sunnah. 
ABU BAKAR AS-SIDIQ
Pada zaman pemerintahan Abu Bakar aktivitas manajemen yang dilakukannya antara lain menata wilayah kekuasaan islam dibagi menjadi beberapa provinsi. Masing-masing provinsi dipimpin oleh seorang gubernur.
Diantara tugas para gubernur adalah mendirikan sholat, menegakkan peradilan, menarik, mengelola dan membagikan zakat, melaksanakan had, dan mereka mempunyai kekuasaan pelaksanaan peradilan secara simultan. Pada zaman khalifah Abu Bakar ini sudah pula ada pengawasan terhadap kinerja karyawan.
UMAR BIN KHATTAB
Pada zaman pemerintahan Umar bin Khattab kegiatan manajemen semakin luas. Salah satu diantaranya dipraktekannya konsep dasar hubungan antara negara dan rakyat, tuga pelayanan publik dan menjaga kepentingan rakyat dari otoritas pemimpin. Umar juga melakukan pemisahan antara kekuasaan peradilan dan kekuasaan eksekutif, serta menetapkan ada lebaga pengawasan terhadap kinerja pegawai publik. Pengawasan ini dimaksud untuk menjaga pendududk dari tindak kezaliman dan kesewenangan pegawai pelayanan publik atau seorang pemimpin.
USMAN BIN AFFAN
Pertama-tama kegiatan manajemen yang dilakukannya adalah menjaga dan melestarikan sistem pemerintahan yang sudah ditetapkan oleh khalifah Umar bin Khattab.
ALI BIN ABI THALIB
Pada zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib kegiatan manajemen yang menonjol yang dilakukannya adalah memilih gubernur dengan sangat selektif, begitu juga dalam mengangkat pegawai. Ia menasehatan kepada para gubernur,”Janganlah engkau mengangkat pegawai karena ada unsur kecintaan dan kewalian(kewalian) , karena hal itu akan menciptakan golongan durhaka dan khianat.
BANI UMAYYAH
Pada masa pemerintahan daulan Bani Umayyah berada ditangan Muawiyah. Muawiyah memeperoleh kekusaan dengan jalan kekerasan, kekerasan deplomasi dan tipu daya, tidak melalui jalan musyawarah. Sejak Bani Umayyah  berkuasa, seorang khalifah tidak lagi ahli hukum agama (fuqha) urusan agama diserahkan pada ulama, sedang urusan politik diserahkan kepada penguasa.
KHALIFAH MUAWIYYAH BIN ABI SUFYAN (661-680 M)
Pada masa pemerintahanya, ia melanjutkan perluasan wilayah islam yang terhenti pada masa khlifah Usman dan Ali selain itu pemerintahanya mendirikan dinas pos beserta dengan berbagai fasilitasnya menerbitkan angkatan perang, menciptakan mata uang. Pada masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai berkembang menjadi profesi tersendiri, qadhi adalah seorang spesialis di bidangnya. Selain itu, menerapkan kebijakan pemberian gaji tetap kepada para tentara.
KHALIFAH ABDUL MALIK BIN MARWAN (685-705 M)
Pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik muncul pemikian yang serius terhadap penerbitan dan pengaturan uang dalam masyarakat islam.Pada saat itu, bangsa romawi menginpor dinar islam dari mesir akan tetapi permintaan tersebut ditolak, khalifah Abdul Malik mencetak uang sendiri dengan tetap mencantumkan kalimat Bismillahirrohmanirrohim pada tahun 74 H. pemerintahan Walid ini dipandang sebagai puncak kejayaan dinasti Umayyah.
KHALIFAH UMAR BIN ABDUL AZIZ (717-720 M)  
Pada masa pemerintahannya ia menerapkan kembali ajaran islam secara utuh menyeluruh. Dalam melakukan kebijakan khalifah Umar bersikap melindungi dan meningkatkan kemakmuran taraf hidup masyarakat secara keseluruhan. Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga mengeluarkan kebijakan pembukaan jalur perdagangan bebas, baik didarat maupun di udara sebagai upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, mencabut kewajiban kharaj dan jizyah bagi orang-orang non muslim, dan menerapkan kebijakan ekonomi di sawad.
KHALIFAH HASYIM BIN ABDUL MALIK (724-743 M)
Hisyam bin Abdul Malik menjabat sebagai khalifah pada usia yang ke 35 tahun. Ia terkenal negarawan yang cakap dan ahli strategi militer.
MANAJEMEN MASA ABASSIYAH
Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad SAW.Ahli sejarah membagi pemerintahan bani Abbasiyah menjadi 5 periode yang didasarkan pada kondisi politik pemerintahan.
1.       Periode Pertama (tahun 750 – 847 M)
2.       Periode kedua (tahun 874 – 945 M)
3.       Periode ketiga (tahun 945 – 1055 M)
4.       Periode keempat (tahun 1055 – 1199 M).
5.       Periode kelima (tahun 1199 – 1258 M)
Manajemen Bidang Intelektrual Secara garis besar Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid. Hal ini dapat dilihat dari adanya gerakan penerjemahan buku dari berbagai bangsa dan bahasa. Sehingga dengan gerakan penerjemahan buku tersebut, lahirlah para tokoh Islam sesuai dengan keahliannya.
1. Ilmu Umum
a. Ilmu Filsafat
  Al-Kindi atau Abu Yusuf Ya’qub Bin Ishak ( 809-873 M), seorang filsuf bangsa  Arab.
  Al Ghazali (1085-1101 M). Dikenal sebagai Hujjatul Islam, karangannya: Al-Munqizh Minadl-Dlalal ,Tahafutul Falasifah, Mizanul Amal, Ihya Ulumuddin, dan lain-lain..
b. Bidang Kedokteran
Ibnu Sina, ia disebut oleh kaum muslimin sebagai pangeran dokter.
  Ar Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal mengenai cacar dan campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.
c. Bidang Matematika
  Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad.
  Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu angka nol (0).
d. Bidang Astronomi
Berkembang subur di kalangan umat Islam, sehingga banyak para ahli yang terkenal dalam perbintangan ini seperti :
  Al Farazi : pencipta Astro lobe
  Al Gattani/Al Betagnius
MANAJEMEN BIDANG PERADABAN FISIK
Perkembangan peradaban pada masa daulah Bani Abbasiyah sangat maju pesat, karena upaya-upaya dilakukan oleh para Khalifah di bidang fisik. Hal ini dapat kita lihat dari bangunan – bangunan yang berupa:
a)      Kuttab
b)     Majlis Muhadharah
c)      Darul Hikmah
d)     Masjid
e)      Pada masa Daulah Bani Abbassiyah, peradaban di bidang fisik seperti kehidupan ekonomi: pertanian, perindustrian, perdagangan berhasil dikembangkan oleh Khalifah Mansyur.
E. MANAJEMEN BIDANG PERADABAN POLITIK DAN     PEMERINTAHAN
Dalam menjalankan roda pemerintahan Khalifah Dinasti Abbasiyah mengangkat menteri (wasir) dan membentuk kementrian (wizarat). Menteri adalah pembantu utama khalifah, ia berhak mengangkat dan memecat pegawai. Khalifah juga mengangkat hakim yang bertugas menyelesaikan masalah muamalah. Untuk membantu lancarnya kepemerintahan dibentuklah Diwanul Kitabah (Sekertariat Negara) dengan dibantu oleh : katibur Rasail, katibul Kharraj, katibul Jund, katibul Syurthan, katibul Qada’.
Selain itu, juga dibentuk departemen-departemen yang dikepalai oleh menteri, departemen-departemen itu antara lain : diwan al kharraj, diwan az-Ziman, diwan al jund, diwan barid, diwan ar Rasail. Dalam pemerintahan dinasti Umayyah ada juga yang disebut hajib, yang bertugas mengawasi dan memberikan persetujuan terhadap program kerja menteri. Wilayah Dinasti Abbasiyah dibagi menjadi beberapa provinsi yang dinamakan imarat, gubernurnya bergelar Amir.
MANAJEMEN BIDANG MILITER
Militer Dinasti Abbasiyah terdiri atas tiga bagian, yaitu pasukan pemanah, pasukan infanteri, dan pasukan berkuda/kavaleri. Pasukan pemanah bersenjatakan anak panah dan busurnya, tugas pasukan ini adalah mengacaukan musuh dari jarak jauh. Pasukan invanteri bersenjatakan pedang, tombak, helm, dan tamengnya. Mereka bertugas memukul mundur pasukan musuh pada pertempuran jarak dekat. Pasukan berkuda bersenjatakan pedang dan lembing, mereka bertugas mengobrak-abrik pertahanan lawan melalui depan, samping, dan belakang. Selain pasukan-pasukan di atas ada lagi pasukan pengawal khalifah, mereka ini pasukan elite yang bergaji tinggi.
Angkatan bersenjata Dinasti Abbasiyah didominasi oleh orang Arab dan Persia pada awalnya, namun pada tahun-tahun selanjutnya didominasi oleh Arab, Turki, dan persia. Dan masa sebelum berakhir daulat ini pasukan bersenjatanya didominasi oleh Persia dan Turki.
MANAJEMEN BIDANG PENDIDIKAN
Masa kejayaan pendidikan Islam dimulai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam yang ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan madrasah-madrasah formal serta universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam. Pendidikan tersebut sangat berpengaruh dalam membentuk pola kehidupan, budaya dan menghasilkan pembentukan dan perkembangan dalam berbagai aspek budaya kaum muslimin.
Adapun sistem pendidikan Islam pada masa kejayaan meliputi :
1. Kurikulum
Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari oleh siswa. Lebih luas lagi, kurikulum bukan hanya sekedar rencana pelajaran, tetapi semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah.
Ilmu-ilmu agama harus dikuasai agar dapat memahami dan menjelaskan secara terperinci makna al-Quran yang berfungsi sebagai fokus pengajaran.









2. Metode Pengajaran
Dalam proses belajar mengajar, metode pengajaran merupakan salah satu aspek pengajaran yang penting untuk mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari seorang guru kepada para pelajar. Metode pengajaran yang dipakai dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu lisan, hafalan, dan tulisan.
3. Rihlah Ilmiyah
Salah satu ciri yang paling menarik dalam pendidikan Islam di masa itu adalah sistem Rihlah Ilmiyah, yaitu pengembaraan atau perjalanan jauh untuk mencari ilmu.













BAB III
PERENCANAAN DALAM ISLAM
Pengertian Perencanaan

     Dalam ilmu manajemen menjelaskan bahwa salah satu fungsi pokok manajemen adalah perencanaan, dimana didalam ilmu manajemen menjelaskan bahwa fungsi pokok manajemen terdiri dari perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Perencanaan merupakan salah satu fungsi pokok manajemen yang pertama harus dijalankan. Sebab tahap awal dalam melakukan aktifitas perusahaan sehubungan dengan pencapaian tujuan organisasi perusahaan adalah dengan membuat perencanaan.
     Definisi perencaan tersebut menjelaskan bahwa perencanaan merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Definisi perencanaan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan menggunakan beberapa aspek yakni:
Penentuan tujuan yang akan dicapai
Memilih dan menentukan cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan atas dasar alternatif yang dipilih
Usaha-usaha atau langkah-langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan atas dasar alternatif yang dipilih
Selain aspek tersebut, perencanaan juga mempunyai manfaat bagi perusahaan sebagai berikut:
Dengan adanya perencanaan, maka pelaksanaan kegiatan dapat diusahakan dengan efektif dan efisien.
Dapat mengatakan bahwa tujuan yang telah ditetapkan tersebut, dapat dicapai dan dapat dilakukan koreksi atas penyimpangan-penyimpangan yang timbul seawal mungkin.
Dapat mengidentifikasi hambatan-hambatan dan ancaman.

Hierarki Perencanaan
Perencanaan sebagai suatu proses adalah suatu cara yang sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan. Dalam perencanaan terkandung suatu aktifitas tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai hasil tertentu yang diinginkan. Menurut Louis A.Allen (1963), perencanaan terdiri atas aktifitas yang dioperasikan oleh seorang manajer berfikir kedepan dan mengambil keputusan saat ini, yang memungkinkan untuk mendahului serta menghadapi tantangan pada waktu yang akan datang. Berikut ini proses aktifitas yang dimaksud:
Perkiraan (forecasting)
Penetapan Tujuan (establishing objective) 
Pemograman (progaming)
Penjadwalan (scheduling)
Penganggaran (budgeting)
Pengembangan prosedur (developing procedure)
Penetapan dan interpretasi kebijakan (estabilising and interpretingbilicies)
Tahapan Perencanaan
Sebuah perencanaan berawal dari sebuah analisis kebutuhan. Misalnya akan dibangun sebuah pabrik maka perlu dilakukannya analisis apakah masyarakat sekitar menerima kehadiran pabrik tersebut. 
Tahap pertama adalah analisis kebutuhan, kedua adalah analisis kemampuan dan ketika adalah analisis penyusunan langkah kerja.
D. Fungsi Perencanaan menurut Syari’ah
Sejalan dengan apa yang dikemukakan diatas,maka perlu diketahui fungsi-fungsi dari planning itu sendiri,yaitu:
Menentukan titik tolak dan tujuan usaha.
Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai sehingga merupakan sasaran, sedangkan perencanaan adalah alat untuk mencapai sasaran tersebut.Setiap usahayang baik harus memiliki titik tolak,landasan dan tujuannya.
Memberikan pedoman,pegangan dan arahan.
Suatu perusahaaan harus mengadakan perencanaan apabila hendak mencapai suatu tujuan.Tanpa perencanaan,suatu perusahaan tidak akan memiliki pedoman,pegangan dan arahan dalam melaksanakan kegiatannya.
Mencegah pemborosan waktu,tenaga dan material.
Dalam menentukan alternatif dalam perncanaan,kita harus mampu menilai apakah alternatif yang dikemukakan realistis atau tidak atau dengan kata lain,apakah masih dalam batas kemampuan serta dapat mencapai tujuan yang kita tetapkan.
Memudahkan pengawasan.
Dengan adanya planning,kita dapat mengetahui penyelewengan yang terjadi karena planning merupakan pedoman dan patokan dalam melakukan usaha.
Kemampuan evaluasi yang teratur.
Dengan adanya planning,kita dapat mengetahui apakah usaha yang kita lakukan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin kita capai.Agar tidak terjadi over planning dan under planning.
Sebagai alat koordinasi.
Perencanaan dalam suatu perusahaan kadang begitu kompleks,karena untuk perencanaan tersebut meliputi berbagai bidang di mana tanpa koordinasi yang baik dapat menimbulkan benturan-benturan yang akibatnya cukup parah.
E.Pengambilan Keputusan Perencanaan dalam tinjauan Syari’ah
Pembuatan keputusan ialah proses serangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam penyelesaian suatu masalah.Pembuatan keputusan ini dilakukan oleh setiap jabatan dalam organisasi.Manajer akan membantu keputusan yang berbeda dan kondisi yang berbeda pula.Proses Pembuatan keputusan
Pemahaman dan Perumusan Masalah.
Pengumpulan Analisis Data yang Relevan.
Pengembangan Alternatif.
Pengevaluasian terhadap alternatif yang digunakan.
Pemilihan Alternatif Terbaik.
Implementasi keputusan.
Evaluasi atas hasil keputusan.
Keterlibatan Bawahan dalam Keputusan.
Keputusan dapat bersifat resmi misal dengan pembuatan kelompok,bisa juga bersifat tidak resmi misal dengan meminta gagasan dan saran-saran.
Metode Kuantitatif Dalam Pembuatan Keputusan.
Operasi organisasi semakin kompleks dan mahal,sehingga semakin sulit dan sangat penting bagi manajer dalam membuat rencana dan keputusan.Teknik dan peralatan kuantitatif pembuatan keputusan dikenal dengan namaa teknik management science dan operation research.
E. ImplementasiPerencanaan Syari’ah.
      1. Perencanaan Bidang SDM.
Permasalahan utama dalam bidang SDM adalah penetapan standar perekrutan SDM.Kriteria profesional menurut syari’ah adalah harus memenuhi 3 standar ,yaitu kafa’ah(Ahli dalam bidangnya),amanah(Dapat dipercaya),dan himmatu amal(Mempunyai etos kerja)
Perencanaan Bidang Keuangan.
Permasalahan utama adalah penetapan sumber dana dan alokasi pengeluaran.Implementasi syari’ah pada bidang ini berupa penetapan syarat kehalalan dana,baik sumber maupun alokasinya.
      3.Perencanaan Bidang Operasi Produksi.
Implementasi syari’ah pada bidang ini merupakan penetapan bahan masukan produksi dan proses yang akan dilangsungkan.
Perencanaan Bidang Pemasaran.
Implementasi syari’ah pada bidang ini merupakan  penetapan segmentasi pasar,targeting dan positioning serta termasuk kegiatan promosi.



















BAB IV
PENGORGANISASIAN DALAM ISLAM
A.Pengertian Pengorganisasian
Alat pertama untuk mempelajari organisasi secara organisasi secara serius     adalah definisi eksplisit tentang apa yang dikiranya dimaksud dengan sebuah organisasi. Ada tiga macam definisi tentang organisasi seperti berikut : 
1. Gibson mengungkapkan organisasi dicirikan oleh perilaku yang diarahkan ke arah pencapaian tujuan. Organisasi mencapai tujuan dan sasaran secara lebih efisien dan efektif melalui kegiatan terpadu sejumlah individu dan kelompok.
2. Robbins mengungkapkan organisasi adalah sebuah kesatuan sosial yang dikoordinasi secara sadar yang terdiri dari dua orang atau lebih yang berfungsi pada sebuah landasan yang relatif kontinu guna mencapai tujuan bersama atau kelompok tujuan.
Stones mengungkapkan ada dua macam arti umum organisasi yaitu 
 Pertama, berkaitan dengan sebuah lembaga atau kelompok fungsional. Misalanya kita menghubungkan dengan sebuah bisnis, rumah sakit, badan pemerintah sebagai sebuah organisasi
Kedua, berhubungan dengan proses pengorganisasian yakni cara pekerjaan diatur dan dialokasi antara anggota-anggota organisasi yang bersangkutan sehingga tujuan organisasi tersebut dapat dicapai secara efisien.
B. Prinsip-Prinsip Pengorganisasian dalam Islam
Hal itu disebaban karena tugas utama seorang pemimpin atara lain adalah, menyusun organisasi sedemikian rupa supaya orang-orang dapat bekerja sama dengan efektif atau bekerja sama dengan mencapai hasil. Untuk dapat menyusun organisasi dengan baik, pimpinan harus mengenal beberapa prinsip organisasi, yang dapat pula disebut sebagai syarat-syarat suatu organisasi :
Tujuan harus jelas
Harus ada kesatuan komando
Harus ada pembagian kerja yang baik dalam arti,
Sesuai dengan bakat, tingkatan pendidikan dan pengalaman serta kemampuan fisik
Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab dalam pekerjaan 
Tingkatan kemampuan mengawasi seseorang terhadap orang lain yang menjadi bawahannya
Harus ada pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dengan tujuan :
Agar pimpinan lebih banyak memikirkan dan mengerjakan tugas penting pimpinan
Agar agar pekerjaan berjalan lancar dan efektif, sebab tidak semuanya bergantung pada pimpinan
Memberikan dorongan kepada orang yang dilimpahkan tersebut agar bekerja lebih kreatif dan bertanggung jawab
Harus tersedia alat-alat yang digunakan pada tiap bagian organisasi, yang tepat dan mencukupi menurut kebutuhan
C.  Struktur dan Bentuk Organisasi 
Tindakan pengorganisasian mempunyai dasar-dasar yang perlu dipertimbangkan. Dasar tindakan pengorganisasian menyangkut : 
a. Pekerjaan 
      b. Tempat bekerja 
  c. Anggotanya sendiri 
      d. Hubungan kerjasama
Bentuk organisasi ada beberapa macam yaitu 
Organisasi Lini adalah bentuk organisasi yang anggota dan tugas pekerjaannya tidak terlalu komples dan mempunyai pimpinan tunggal yang garis komandonya kuat yaitu dari atas ke bawah
Kelebihan :
a. Rasa solidaritas para anggota besar 
b.Tatatertib dan disiplin kerja lebih kuat
c. Koordinasi lebih mudah dijalankan
d. Pengawasan dilakukan lebih efektif
Kelemahan : 
a.Pimpinan lebih mudah cenderung kepada sifat otokritas
b.Organisasi cenderung pada pribadi seorang pimpinan
c. Bakat para bawahan sulit berkembang
contoh struktur organisasi Lini :

Organisasi Lini dan staf adalah organisasi yang besar, kegiatannya sangat banyak dan kompleks. Dalam organisasi ini anggotanya dibagi menjadi :
a. Kelompok Lini yaitu kelompok orang yang melaksanakan tugas dan berhak membuat perintah dan keputusan
b. Kelompok Staf yaitu kelompok orang yang pekerjaannya membantu kelompok lain yakni orang-orang ahli dan penunjangnya
Kelebihan :  
a. Disiplin kerja cukup tinggi
b. Ada pembagian tugas yang jelas bagi setiap orang 
c. Spesialisasi dalam pekerjaan dapat berkembang
 Kelemahannya yaitu mudah timbul perselisihan dalam pekerjaan.
Struktur organisasi Lini dan Staf :

Organisasi Fungsional adalah organisasi yang anggota dan bagiannya digolongkan menurut pekerjaan yang mereka lakukan. Dalam organisasi ini, bawahan mendapat perintah dari kepala bagian yang masing-masing ahli dalam bidangnya. 
Kelebihan : a. Keahlian para karyawan dapat berkembang
b.Disiplin dan kerjasama antara orang yang menjalankan   f ungsi yang      sama pada umumnya tinggi 
c. Tanggung jawab dalam menjalankan fungsi cukup tinggi 
Kelemahan : a. Koordiansi antara satu bagian fungsi dengan bagianlebihsuit 
b. Sukar dijalankan peralihan tugas
4. Organisasi Panitia adalah organisasi yang pimpinannya bersifat kolegial artinya terdiri dari beberapa anggota dan segala keputusan dibuat dan dipertanggungjawabkan bersama 
Kelebihan : a. Prinsip musyawarah berjalan sebaik-baiknya
b. keputusan diambil dapat memuaskan semua pihak
c. seorang anggota bertindak sendiri 
Kelemahan : a.Membuat keputusan biasanya lama
b.Pelaksanaan kerja macet
c. Para pelaksana bingung karena banyak pimpinan y ang mempunyai wewenang sama.
D. Islam dan Pendelegasian Wewenang 
Pendelegasian merupakan suatu pelimpahan hak atau kekuasaan pimpinan terhadap bawahannya untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan sekaligus meminta pertanggungjawaban atas penyelesaian tugas-tugas tersebut. Rasulullah SAW adalah contoh figur pemimpin yang tidak one man show. Beliau selalu mengajak para sahabatnya untuk berpartisipasi dalam memutuskan masalah melalui pendekatan yang sangat humoris dan bermusyawarah. Berikut surah Al-Imran 159 yang memilki arti :
“Maka disebabkan Rahmat dari Allah-lah kami berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka. Mohonlah ampub bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Seseungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.
Dalam hal pendelegasian, semakin pandai seorang pemimpin melakukan pendelegasian wewenang kepada bawahan, maka akan semakin tumbuh kepercayaan diri bawahan yang diberikan wewenang Tanggungjawab  jelas dan wewenangnyapun jelas. Tugas dari pemimpin setelah mendelegasikan wewenangnya ialah mengawasi apakah pendelegasian wewenang itu berjalan dengan baik atau tidak.
Semua urusan tidak langsung dipegang oleh Rasulullah, tetapi didelegasikan kepada orang-orang yang tepat. Inilah contoh pendelegasian wewenang yang berjalan baik yang dapat melahirkan sebuah kekuatan yang luar biasa. Salah satu keberhasilan yang dicapai oleh Raulullah SAW dan para sahabatnya adalah kemampuan untuk mendelegasikan wewenang. 
Adapun pendelegasian wewenang yang dilakukan dengan prinsip “dilepas kepala, dipegang ekor” (prinsip setengah hati). Pada dasarnya, pendelegasian wewenang tidak perlu dilakukan setengah hati. Pendelegasian wewenang akan memungkinkan seseorang bawahan untuk melaksanakan tugas, disamping dapat berkreasi juga mengembangkan dirinya..
Misalnya pada sebuah perguruan tinggi, seorang rector yang baik akan memberkan kewenangan kepada dekan-dekannya untuk mengembangkan fakultasnya masing-masing. 
Namun fenomena yang marak terjadi dijaman sekarang ini justru kebalikannya. Jika ada seorang bawahan yang menonjol, maka pimpinannya takut tersaingi. Rasa takut tersaingi ini sebenarnya muncul akibat hati yang tidak benar. Fenomena ini harus diubah. Semakin kreatif dan inovatif para bawahan, sebenarnya semakin memunculkan sebuah keyakinan bahwa team work itu akan lebih kuat daripada bermain sendiri.
E.Teknik-Teknik Pengorganisasian 
Pengorganisasian sebagai proses menunjuk pada rangkaian kegiatan yang menghidupkan suatu struktur organisasi tertentu dan diterapkan dengan mempertimbangkan 4 faktor yaitu :
Struktur organisasi harus merefleksikan tujuan-tujuan dan rancangan sebab aktivitas-aktivitas organisasi
Struktur hendaknnya memberikan gambaran ggaris keuasaan pada manajer organisasi
Struktur organisasi harus merelaksikan lingkungannya baik yang menyangkut ekonomi, teknologi,  politik, social maupun etika sehingga  tidak akan bertentangan dengan kesemua factor
Organisasi harus diisi dengan tenaga manusia
Setelah memperhatikan sejumlah prinsip proses pengorganisasian, baru penyelenggara porganisasi  itu memulai kegiatannya secara sistematis, yaitu :
Mengidentifikasikan dan mengelompokan sejumlah aktivitas yang diinginkan.
Mengelompokan aktivitas menurut sumber yang ada.
Mendelegasikan kekuaasaan pada anggota tertentu.
Menggadakankoordinasi kekuasaan atau wewenang dan hubungan informasi.
F. Syariah dalam Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian pada hakikatnya mengandung pengertian sebagai proses penetapan struktur peran,melalui penentuan aktivitas aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tujuan organisasi dan bagian-bagiannya. Pemimpin yang berada dalam manajemen puncak memiliki hak untuk mengatur kegiatan atau aktivitas manajemen yang berbeda,dan berhak mengelurakan kebijakan
Dan berikut ini adalah beberapa  implementasi syariah dalam fungsi pengorganisasian :
a.Aspek struktur
Pada aspek ini syariah di implementasikan pada SDM yaitu hal hal yang berkorelasi dengan faktor Profesionalisme serta akad pekerjaan.
b.Aspek tugas dan wewenang
Implementasi syariah dalam hal ini terutama ditekankan pada kejelasan tugas dan wewenang masing-masing bidang yang diterima oleh para SDM .


BAB V
PENGARAHAN DALAM ISLAM
A.PENGARAHAN DALAM ISLAM
Pengarahan ialah pemberian petunjuk atau pedoman untuk pelaksanaan suatu kegiatan.
Tujuan Pengarahan
Menjamin Kontinuitas Perencanaan
Perencanaan yang telah ditetapkan meskipun memiliki sifat fleksibel namun prinsip yang terkandung didalamnya harus tetap dijamin kontinuitasnya.
Membudayakan Prosedur Standar
Dengan adanya pengarahan diharapkan bahwa prosedur kerja yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya sehingga lambat laun menjadi suatu kebiasaan. 
Menghindari Kemangkiran yang Tak Berarti
Fungsi pengarahan ini dimaksudkan agar karyawan yang ada terhindar dari kemangkiran yang tak berarti. 
Membina Disiplin Kerja
Disiplin kerja yang terbina akan memberikan dampak positif terhadap perusahaan,yaitu naiknya produktivitas kerja,baik menyangkut kualitas maupun kuantitasnya (Siswanto,1987).
Membina Motivasi yang Terarah
Karyawan melaksanakan pekerjaan sambil dibimbing dan diarahkan untuk menghindari kesalahan prosedur yang berdampak terhadap keluarannya.


Peran Komunikasi Dalam Pengarahan
Sistem Komunikasi
Sistem Komunikasi Vertikal
Terjadi dan berlangsung dari atas (ketika manajer mengadakan komunikasi dengan para bawahan dari jenjang hierarki yang lebih tinggi ke jenjang yang lebih rendah) maupun dari bawah (bawahan mengadakan kontak lisan maupun tertulis dengan menejer, atau juga dapat terjadi antara manajer pertama dengan menejer menengah, dan seterusnya). 
Sistem Komunikasi Horizontal
Komunikasi ini terjadi antara departement, unut, dan bagian dalam satu hierarki organisasi.
Sistem Komunikasi Diagonal
Ketika para bawahan tidak dapat berkomunikasi secara efektif melalui media lainnya, maka melibatkan tenaga penjualan yang menyampaikan laporan khusus langsung kepada penyelia keuangan,dan tidak melewati media tradisional dalam bidang pemasaran.
Elemen Pokok Komunikasi (Stoner Dan Wankel)
Pengirim (Sender atau Source)
Seseorang yang memiliki informasi kebutuhan atau keinginan untuk disampaikan kepada orang lain.
Penyandian (Encoding)
Pengirim menerjemahkan informasi yang akan dikirim ke dalam serangkaian simbol. 
Pesan (Message)
Sesuatu yang ingin di sampaikan oleh seseorang kepada orang lain.
Saluran (Channel)
Media pengirim dari satu orang ke orang lain.
Penerima (Receiver)
Orang yang indranya menangkap pesan pengirim. 
Pengurai sandi (Decoding)
Proses penerima menafsirkan pesan dan menerjemahkanya kedalam informasi yang bermakna.
Gaduh (Noise)
Faktor yang mengacaukan, membingungkan, atau mengganggu komunikasi. Gangguan tersebut dapat bersifat intern atau ektern. 
Umpan Balik (Feedback)
Suatu perbalikan proses komunikasi ketika reaksi terhadap komunikasi pengirim dinyatakan.
Kondisi Yang Harus Dipenuhi,Agar Pesan Mendapat Respons Yang Sesuai
Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian komunikan.
Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan sehingga sama-sama mengerti.
Pesan harus membangkitan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok ketika komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberi kan tanggapan yang dikehendaki (Effendi,1993:41-42).
Penerapan Fungsi Pengarahan
Koordinasi
Penyelarasan atas aktivitas secara teratur guna memberikan jumlah,waktu,dan pengarahan pelaksanaan yang tepat sehingga akivitas menjadi selaras dan disatukan untuk tujuan tertentu.
Intregasi
Penggabungan bagian menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh.
Sinkronisasi
Menyatukan berbagai aktivitas untuk dilaksanakan secara bersamaan sehingga terhindar adanya inefisiensi yang berkepanjangan.

Peran Syariah dalam Pengarahan
Motivasi
Wajib bagi pemimpin untuk memberikan pemahaman dan motivasi kepada setiap orang yang dipimpinnya, agar perbuatan mereka dapat dilaksanakan dengan baik dan sempurna, tidak keluar dari tanggung jawab dan wewenangnya.
Fasilitator
Fungsi sosial yang berhubungan dengan interaksi antar anggota komunitas dalam menjaga suasana kebersamaan tim agar tetap sebagai team (together everyone achieve more). 






BAB VI
MANAJEMEN SUMBER DAYA INSANI
MEKANISME PENGANGKATAN PEGAWAI
Kepatutan dan Kelayakan (Fit and Proper)
Dengan melaksanakan segala kewajiban sesuai dengan ketentuan Allah dan takut terhadap aturan-Nya. Selain itu, melaksanakan tugas yang dijalankan dengan sebaik mungkin seuai dengan prosedurnya, tidak diwarnai dengan unsur nepotisme, tindak kedzaliman, penipuan, intimidasi, atau kecenderungan terhadap golongan tertentu.
Mekanisme Kepantasan dan Kelayakan 
Untuk mengetahui yang paling patut dan layak menduduki sebuah jabatan, harus ditentukan maksud dan tujuan dari adanya jabatan tersebut. Kemudian, dipikirkan bagaimana caranya (menggunakan media, fasilitas) untuk menyempurnakan tujuan itu. 
Seleksi Pegawai
Proses seleksi terdiri dari berbagai langkah spesifik yang diambil untuk memutuskan pelamar mana yang akan diterima dan pelamar mana yang akan ditolak. Proses seleksi dimulai dari penerimaan lamaran dan berakhir dengan keputusan terhadap lamaran tersebut










Perbedaan Karyawan Kontrak dan Karyawan Tetap

Karyawan Kontrak
Karyawan Tetap

Jangka waktu kerja
Mulai dari 6 bulan sampai 2 tahun. . Namun, perusahaan tidak dapat mensyaratkan masa percobaan pada karyawan kontrak.
lebih lama atau tidak tertentu kecuali masa kerja diakhiri secara sepihak. Masa kerja karyawan tetap dihitung sejak masa percobaan.


Perjanjian kerja 
PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu). Maksimal 2 tahun dan diperpanjang 1 kali untuk jangka waktu setahun.
PKWTT (Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu). Kalau sudah bekerja lebih dari 2 tahun maka karyawan harus dijadikan karyawan tetap.

Jenis pekerjaan 








pekerjaan yang bisa diselesaikan dalam waktu beberapa bulan, pekerjaan yang sekali selesai atau hanya sementara, pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru atau promosi produk.
perusahaan harus menghasilkan produk sesuai dengan target dan keinginan klien. 


Pengunduran diri

mengundurkan diri sebelum masa kontraknya habis akan dikenakan penalti atau wajib bayar ganti rugi sebesar gaji karyawan sampai batas akhir waktu perjanjian kerja.
lebih diuntungkan karena karyawan ini akan mendapatkan pesangon, penggantian hak-hak dan uang pisah (uang penghargaan dari perusahaan) meskipun karyawan diberhentikan perusahaan atau berhenti sendiri.


Penetapan Upah dalam Islam
Penetapan Upah terlebih Dahulu
Ketentuan ini untuk menghilangkan keraguan pekerja atau kekhawatirannya bahwa upah mereka tidak akan dibayarkan, atau akan mengalami keterlambatan tanpa adanya alasan yang dibenarkan. Namun demikian, umat Islam diberikan kebebasan untuk menentukan waktu pembayaran upah sesuai dengan kesepakatan antara pekerja dan majikan, atau sesuai dengan kondisi. Upah bisa dibayarkan seminggu sekali atau sebulan sekali.
Dasar Penentuan Upah 
Untuk itu, upah yang dibayarkan kepada masing-masing pegawai bisa berbeda berdasarkan jenis pekerjaan dan tanggung jawab yang dipikulnya. Bagi yang sudah berkeluarga, gajinya 2 kali lebih besar dari pegawai yang masih lajang. Karena mereka harus menanggung nafkah orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya, agar mereka tetap memenuhi kebutuhan dan hidup dengan layak.
Pengembangan Kompetensi dan Pelatihan (Training and Development)
Islam mendorong untuk melakukan pelatihan (training) terhadap para karyawan dengan tujuan mengembangkan kompetensi dan kemampuan teknis karyawan dalam menunaikan tanggung jawab pekerjaannya. Rasulullah memberikan pelatihan terhadap orang yang diangkat untuk mengurusi persoalan kaum Muslimin, dan membekalinya dengan nasihat- nasihat dan beberapa petunjuk.
Konsep Hubungan Kemanusiaan dalam Islam 
Merasakan Ketenangan dan Ketentraman
Atasan perlu memberikan perhatian ekstra guna membantu pekerjaan mereka, memberikan petunjuk secara bijaksana, tidak dengan kesombongan dan sikap merendahkan orang lain. 
Merasa sebagai Bagian dari Organisasi
Pegawai Muslim, akidah yang dimilikinya akan mendorongnya untuk menjauhi sikap sombong, bertindak zalim, hasud atau berbangga diri. Prinsip persamaan (egaliter) di antara umat manusia, dan agama mendorong umatnya untuk mem- bangun persaudaraan di antara pegawai.
Mengakui Kinerja dan Memberikan Tindak Korektif
Islam mendorong umatnya untuk memberikan semangat dan motivasi bagi pegawai dalam menjalankan tugas mereka. Kinerja dan upaya mereka harus diakui, dan mereka harus dimuliakan jika memang bekerja dengan baik. Pegawai yang menunjukkan kinerja baik, bisa diberi bonus ataupun insentif guna menghargai dan memuliakan prestasi yang telah dicapainya. 
Keyakinan terhadap Tujuan dan Tanggung jawab 
Islam mendorong untuk bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban, serta memotivasi mereka guna menunjukkan kinerja yang optimal, dan saling berkompetisi dalam kebaikan. Dengan demikian, masing-masing pribadi Muslim memiliki beban tanggung jawab yang harus dipikulnya.
Terhindar dari Tindak Kezaliman
Hal ini merupakan tugas pokok bagi para pegawai pemerintahan, mereka dituntut untuk melindungi rakyat dari tindak kezaliman. Rasulullah mendorong untuk berlaku adil terhadap orang-orang yang terzalimi,dan tetap menjaga kehormatan dan kemuliaan mereka, serta terbebas dari kezaliman. 


BAB VII
MOTIVASI  DALAM ISLAM
Teori Motivasi
Teori motivasi meliputi isi (content) fokus apa penyebab perilaku terjadi dan proses fokus bagaimana perilaku dimulai dan dilaksanakan.
Macam-macam teori motivasi:
Hierarki Kebutuhan Maslow 
Menurut teori hierarki kebutuhan Maslow terdapat lima tingkatan kebutuhan, dari kebutuhan manusia yang paling rendah sampai pada kebutuhan manusia yang paling tinggi.
Kebutuhan Fisiologikal (Fisiological Needs)
Kebutuhan Keselamatan (Safety Needs, Security Needs) 
Kebutuhan Berkelompok (Social Needs, love needs, belonging needs, affection needs) 
Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs, Egoistic Needs) 
Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self-actualization Needs, Self-realization Needs, Self-fulfillment Needs, Self-expression Needs) 
Teori hierarki kebutuhan Maslow ini mengandung kelemahan antara lain: 
Membuktikan bahwa kebutuhan manusia itu mengikuti suatu hierarki.
Terdapat kekuatan kebutuhan yang berbeda-beda pada setiap individu
Timbulnya kebutuhan pada tingkatan yang lebih tinggi bukan semata-mata disebabkan telah terpenuhinya kebutuhan yang lebih rendah, melainkan meningkatnya karier atau posisi seseorang.
Kebutuhan-kebutuhan itu luwes sifatnya sehingga sulit menetapkan suatu ukuran yang memuaskan segala pihak.Walaupun teori hierarki kebutuhan Maslow ini memiliki kelemahan, tetapi teori ini sangat berguna untuk menjelaskan mekanisme motivasi seseorang di dalam suatu organisasi. 

Teori Murray 
Kebutuhan yang disampaikan Murray tersebut bersifat kategorisasi saja. Sebenarnya kebutuhan manusia itu sangat banyak, kompleks, dan tidak terbatas.

Teori Alderfer 
Menurut Teori Alderfer (1972) disebutkan bahwa manusia itu memiliki kebutuhan yang disingkat ERG (Existence, Relatedness, Growth). 
Teori Dua Faktor dari Herzberg 
Faktor Motivasi (Instrinsik).                             
Faktor kesehatan (ekstrinsik)

1. Prestasi (achievement).
1. Supervisi

2. Penghargaan (recognition).
2. Kondisi kerja

3. Pekerjaan itu sendiri.
3. Hubungan interpersonal

4. Tanggung jawab.
4. Bayaran dan keamanan

5. Pertumbuhan dan perkembangan.  
5. Kebijakan perusahaan

Teori X dan Y dari McGregor 
Teori X dan Y dikembangkan oleh McGregor atas dasar karakteristik manusia merupakan anggota organisasi dalam hubungannya dengan penampilan organisasi secara keseluruhan dan penampilan individu dalam melaksanakan tugas-tugasnya. 
Teori Ekspektasi dari Lewin & Vroom 
Teori ekspektasi (harapan) dikembangkan oleh Lewin dan diterapkan oleh Vroom secara khusus dalam praktik memotivasi. Vroom mengembangkan suatu teori motivasi, yaitu intensitas motif seseorang untuk melakukan sesuatu adalah fungsi nilai atau kegunaan dari setiap hasil yang mungkin dapat dicapai dengan persepsi kegunaan suatu tindakan dalam upaya mencapai hasil tersebut.  
Teori McClelland 
McClelland (1962) berpendapat bahwa banyak kebutuhan yang diperoleh dari kebudayaan. Tiga dari kebutuhan McClelland ialah kebutuhan akan prestasi (dorongan dari dalam diri untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan), kebutuhan akan afiliasi (dorongan untuk berhubungan dengan orang lain atau dorongan untuk memiliki sahabat sebanyak-banyaknya), dan kebutuhan akan kekuasaan (dorongan untuk memengaruhi orang lain agar tunduk kepada kehendaknya).
Teori Perilaku Skinner 
Teori pembentukan perilaku menurut yang dikemukakan Skinner (1974) menyatakan bahwa yang memengaruhi dan membentuk perilaku kerja disebut pembentukan perilaku (operant conditioning) atau disebut juga behavior modification, positive reinforcement, dan Skinnerian conditioning. 
Teori Porter-Lawler 
Teori Porter-Lawler adalah teori pengharapan dari motivasi dengan orientasi masa depan dan menekankan antisipasi tanggapan-tanggapan atau hasil-hasil. 
Teori Keadilan 
Teori keadilan menyatakan bahwa faktor keadilan atau kewajaran yang mempengaruhi sistem pengupahan mencakup tiga dimensi, yaitu dimensi internal, dimensi ekstemal, dan dimensi individual. 
Teori White 
Menurut teori White seperti yang dikutip Handoko (2003) menyatakan motif uang bukanlah jaminan untuk meningkatkan kinerja manusia karena kebutuhan manusia akan uang adakalanya mengalami titik kejenuhan sehingga uang tidak lagi memotivasi manusia. Di samping itu, manusia dapat menolak uang karena tugas yang dibebankan kepadanya melampaui kemampuannya. 

Motivasi dan Perilaku
Motivasi dapat memengaruhi pemelajaran baru serta kinerja dari keterampilan, strategi, dan perilaku yang sudah dipelajari sebelumnya. Berbagai aktivitas seperti sesi latihan dan sesi pemeriksaan atau pengetesan menyangkut kinerja dari keterampilan yang sudah dipelajari sebelumnya, namun sebagian besar waktu di kelas digunakan untuk memelajari fakta, keyakinan, aturan, konsep, keterampilan, strategi, algoritme, dan perilaku.
Pandangan Islam tentang Motivasi dalam Organisasi
Hubungan kerja dalam kelompok organisasi perlu dibina dengan sebaik-baiknya, baik antara para pegawai maupun antara bawahan dengan atasan. Hubungan kerja tersebut merupakan modal utama dalam mencapai prestasi kerja kelompok. Sedangkan konflik dan perselisihan dalam organisasi dapat menimbulkan kerawanan yang memerosotkan produktivitas.
Elemen Penggerak Motivasi
Pilihan tugas (Choice of Task) atau minat.
Dalam kondisi bebas memilih, pilihan sebuah tugas mengindikasikan motivasi mengerjakan tugas tersebut.
Usaha (effort)
Level usaha yang tinggi, terutama pada tugas yang sulit mengindikasikan motivasi.
Kegigihan (persistence)
Berusaha atau bekerja untuk waktu yang lebih lama, terutama ketika diri menghadapi hambatan berkaitan dengan motivasi yang lebih tinggi.
Prestasi (achievement)
Pilihan, usaha dan kegigihan meningkatkan prestasi mengerjakan tugas.


Bentuk-bentuk Motivasi
Motivasi Intrinsik : Motivasi yang berasal dari diri sesorang itu sendiri tanpa dirangsang dari luar
Motivasi Ekstinsik  : Motivasi yang berasal dari luar diri seseorang, dan inilah yang biasanya menjadi landasan bagi para pakar dalam manajemen dalam memaknai motivasi.
Tehnik Pengukuran Motivasi Kerja
Motivasi dapat diukur dengan berbagai cara sebagai berikut :
Observasi Langsung yaitu contoh-contoh perilaku dari pilihan tugas, usaha, kegigihan.
Penilaian Skala Oleh Individu Lain yaitu penilaian yang dilakukan oleh pengamat terhadap murid pada berbagai karakteristik yang mengindikasikan motivasi.
Pelaporan Diri yaitu penilaian individu mengenai dirinya sendiri.
Kuesioner yaitu penilaian skala tertulis pada items (unit-unit pertanyaan), atau jawaban-jawaban terhadap pertanyaan.
Wawancara yaitu respon lisan terhadap pertanyaan 
Ingatan Kembali yang Terstimulasi yaitu ingatan kembali tentang berbagai pemikiran yang menyertai kinerja diri pada berbagai waktu.
Penyuaraan Pemikiran yaittu verbalilasasi pemikiran, tinakan, dan emosi diri sambil mengerjakan sebuah tugas.
Dialog yaitu percakapan diantara dua atau lebih individu.
Motivasi Dalam Etos Kerja Syariah
Motivasi ini muncul dalam diri setiap manusia, misalnya:
Ikhlas : Motivasi kerja yang dilakukan secara sukarela dengan tidak mengharapkan imbalan dari apa yang dikerjakan.
Mengharapkan Ridho : Mencari keuntungan dengan mengharap ridho Allah di dunia maupun diakhirat kelak. Keberuntungan artinya setelah manusia bekerja dan berusaha yang menentukan berhasil atau tidaknya adalah Allah SWT. 






















BAB VIII
PENGENDALIAN DALAM ISLAM
Konsep Dasar Sistem Pengendalian
Pengendalian adalah kegiatan memantau, menilai dan melaporkan kemajuan proyek disertai tindak lanjut, sehingga sistem pengendalian yaitu proses pengawasan yang dilakukan suatu lembaga atau perusahaan dalam sebuah organisasi untuk mencapai hasil sesuai dengan planning.
Sistem memiliki karakteristik tertentu,diantaranya:
Komponen sistem (Components) : Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, artinya saling bekerja sama membentuk suatu kesatuan.
Batasan sistem (Boundary)  : Ruang lingkup sistem merupakan daerah yang membatasi antara sistem dengan sistem yang lain atau sistem dengan lingkungan luarnya.
Lingkungan luar sistem (Environment) : Environment ini bisa bersifat menguntungankan atau merugikan sistem tersebut. 
Elemen Pengendalian
Elemen pengandalian adalah bagian-bagian yang mendasar atau dasar pokok pengendalian, diantaranya : 
Pelacak (detector) atau sensor : Sebuah perangkat yang mengukur apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses yang sedang dikendalikan
Penaksir (assessor) : Suatu perangkat yang menentukan signifikansi dari peristiwa aktual dengan membandingkannya dengan beberapa standar atau ekspektasi dari apa yang seharusnya terjadi.
Effector : Suatu perangkat (yang sering disebut “feedback”) yang mengubah perilaku jika assesor mengindikasikan kebutuhan yang perlu di penuhi.
Jaringan komunikasi : Perangkat yang meneruskan informasi antara detector dengan assesor dan antara assesor dengan effector. 


Jenis-Jenis Pengendalian
Pengawasan pendahuluan (Feedforward Control)
Pengawasan pendahuluan di mulai dari pelaksanaan awal rencana dari sebuah organisasi.
Pengawasan bersama (Concurent Control)
Pengawasan ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan.
Pengawasan umpan balik (feedback Control)
Pengawasan ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan.
Rancangan Proses Pengendalian
Penetapan standar
Dalam penetapan standar berhubungan dengan target penjualan, anggaran, mergin keuntungan, sasaran produksi, dll. 
Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
Cara mengukur kinerja suatu perusahaan atau lembaga dapat diketahui dengan sumber informasi, yaitu :
Observasi (pengamatan)
Laporan-laporan (statistik,berupa tulisan atau lisan)
Metode otomatis
Inspeksi (pengujian) dan pengambilan stempel
Pembandingan pelaksanaan dengan standar dan analisa penyimpangan 
Pengambilan tindakan manajerial
Tindakan manajerial dalam sebuah organisasi atau kelembagaan di perlukan jika ada penyimpangan dalam kegiatan tersebut. 







Karakteristik Pengendalian Yang Efektif
Akurat (terjaga keasliannya)
Tepat waktu
Obyektif dan menyeluruh
Terpusat pada titik pengawasan strategik
Realistis secara ekonomis dan organisasional
Fleksibel
Diterima oleh anggota organisasi

Pengendalian Dalam Ranah Syariah 
Pengawasan dari dalam diri manusia yang bersumber dari tauhid dan keimanan. 
Jika seseorang memiliki iman yang kuat dalam setiap melakukan pekerjaan nya akan selalu ingat kepada allah, bahwa dalam setiap pekerjaan akan di mintai pertanggung jawaban nantinya di akhirat.
Pengawasan dilakukan dari luar diri kita, yaitu dilakukan oleh orang lain.
Pengawasan dari luar berupa sistem yang ada di dalam organisasi tersebut, biasanya faktor dari orang lain yang mampu memberi motivasi dalam melakukan pekerjaannya. Dalam konteks implementasi syariah, pengawasan dilakukan melalui tiga pilar, yaitu:
Ketaqwaan individu
Ketepatan pemilihan orang dalam sistem
Sistem dibangun dengan baik






BAB IX
KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM
PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Arti dari kepemimpinan itu sendiri adalah proses kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam hal bekerja yang bertujuan untuk mencapai sasaran target tertentu. Sedangkan pemimpin adalah ketua atau peran dalam sistem di sebuah kelompok atau organisasi di dalam masyaakat ataupun di luar masyarakat.
KUALIFIKASI SESEORANG PEMIMPIN
Menurut Chester I. Barnard (1968) berpendapat bahwa kepemimpinan memiki dua aspek diantaranya ;
Kelebihan individual dalam hal teknik kepemimpinan. Seseorang yang memiliki kondisi fisik yang baik, memiliki keterampilan yang tinggi, menguasai teknologi, memiliki persepsi yang tepat, memiliki pengetahuan yang luas, memiliki ingatan yang meyakinkan akan mampu memimpin bawahan.
Keunggulan pribadi dalam hal ketegasan, keuletan, kesadaran, dan keberhasilan.
Berbeda dengan Barnard, Hersey dan Bianchard (1980:9-10) mengklasifikasikan keahlian yang diperlukan bagi seorang manajer menjadi tiga tingkat sebagai berikut :
Mengerti Perilaku Masa Lampau
Yang utama manajer harus mengerti bagaimana perilaku yang mereka lakukan. Perilaku orang dapat dipahami dengan cara memahami perilaku orang di masa lampu.
Memprediksi Perilaku Masa Depan
Memahami perilaku masa lampau saja tidak cukup. Mungkin yang lebih penting memprediksi apakah yang mereka lakukan sekarang, besok, dan seterusnya pada lingkungan yang dinamis.
Pengarahan, Perubahan, dan Pengendalian Perilaku
Kualifikasi kepemimpinan memainkan perannya dalam menopang kondisi yang memiliki watak dan Kepribadian yang Terpuji, sadar dan Paham Kondisi, sikap terbuka, intelegensi yang Tinggi, prakarsa yang Tinggi
KEMAMPUAN STRATEGIS,INTERPERSONAL, DAN TEKNIS
Kemampuan Strategis
Kemampuan strategis adalah kemampuan seseorang untuk mengantisipasi, memimpikan, mempertahankan fleksibilitas, berpikir secara strategis, dan bekerja dengan orang lain untuk memulai perubahan yang akan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi organisasi.
Kepemimpinan strategis adalah suatu proses memberikan arah dan inspirasi yang diperlukan untuk membuat dan melaksanakan visi organisasi, misi, dan strategi untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan strategis harus melibatkan manajer di bagian atas, tengah, dan tingkat yang lebih rendah dari organisasi.
Pemimpin strategis yang efektif antara lain memiliki keterampilan untuk :
Mengantisipasi dan meramalkan kejadian dalam lingkungan eksternal organisasi yang memiliki potensi untuk mempengaruhi kinerja organisasi,
Mencari dan mempertahankan keunggulan kompetitif dengan membangun kompetensi inti dan memilih pasar yang tepat untuk bersaing
Mengevaluasi implementasi strategi dan hasil secara sistematis, dan membuat penyesuaian strategis,
Membangun tim karyawan yang sangat efektif, efisien, dan termotivasi,
Menentukan tujuan dan prioritas yang tepat untuk mencapainya,
Menjadi komunikator yang efektif.
Kemampuan Interpersonal
Kemampuan interpersonal menurut Spitzberg & Cupach (dalam Muhamad) Lukman 2000:10) adalah “kemampuan seorang individu untuk melakukan komunkasi yang efektif”. Kemampuan ini ditandai oleh adanya karakteristik-karakteristik psikologis tertentu yang sangat mendukung dalam menciptakan dan membina hubungan antar pribadi yang baik dan memuaskan.
Sedangkan kemampuan interpersonal menurut Buhrmester, dkk (1988 ; 991) adalah : “ kecakapan yang dimiliki seorang untuk memahami berbagai situasi sosial dimanapun berada serta bagaimana tersebut menampilkan tingkah laku yang sesuai dengan harapan orang lain yang merupakan interaksi dari individu dengan individu lain. Kekurang mampuan dalam hal membina hubungan interpersonal berakibat terganggunya kehidupan sosial seseorang. Seperti malu, menarik diri, berpisah atau putus hubungan dengan seseorang yang pada akhirnya menyebabkan kesepian.
Kemudian Buhmester, dkk (1988 : 933) menemukan 5 aspek kemampuan interpersonal, yaitu:
Kemampuan berinisiatif. Inisiatif merupakan usaha pencarian pengalaman baru yang lebih banyak dan luas tentang dunia luar dan tentang dirinya sendiri dengan tujuan untuk mencocokan sesuatu atau informasi yang telah diketahui agar dapat lebih memahami. Jalaludin Rahmat (1998 : 125) mengemukakan bahwa “hubungan interpersonal berlangsung melewati 3 tahap yaitu, tahap pembentukan hubungan, peneguhan hubungan, dan pemutusan hubungan.
Kemampuan bersikap terbuka, adalah kemampuan seseorang untuk mengungkap informasi yang bersifat pribadi mengenai dirinya dan memberikan perhatian kepada orang lain. Dengan adanya keterbukaan, kebutuhan dua orang terpenuhi yaitu dari pihak pertama kebutuhan untuk bercerita dan berbagi rasa terpenuhi, sedang bagi pihak kedua dapat muncul perasaan istimewa karena dipercaya untuk mendengarkan cerita yang bersifat pribadi..
Kemampuan bersikap asertif. Dalam komunikasi interpersonal orang sering kali mendapat kejanggalan yang tidak sesuai dengan alam pikirannya, sehingga disaat seperti itu diperlukan sikap asertif dalam diri orang tersebut. Menurut Pearlman dan Cozby (dalam Fuad Nashori, 2000 : 30) mengartikan “asertif sebagai kemampuan dan kesedian individu untuk mengungkapkan perasaan-perasaan secara jelas dan dapat mempertahankan hak-hak dengan tegas.
Kemampuan memberikan dukungan emosional. Menurut Buhmester dkk (1988 : 998) “dukungan emosional mencakup kemampuan memberikan dukungan emosional sangat berguna untuk mengoptimalkan komunikasi interpersonal antara dua individu”. Sedangkan menurut Barker dan Lemle (dalam Buhmester, dkk 1998 : 1001) mengatakan bahwa sikap hangat juga dapat memberikan perasaan nyaman kepada orang lain dan akan sangat berarti ketika orang tersebut dalam kondisi tertekan dan bermasalah.
Kemampuan Mengatasi Konflik.
Kemampuan interpersonal merupakan kecakapan yang dimiliki individu untuk memahami berbagai situasi sosial dan menentukan perilaku yang tepat yang merupakan hasil dari interaksi individu dengan orang lain yang mencakup lima komponen yaitu kemampuan berinisiatif, kemampuan bersikap terbuka, kemampuan untuk bersikap asertif, kemampuan memberikan dukungan emosional, kemampuan dalam mengatasi konflik.

Kemampuan Teknis
Kemampuan teknis adalah kemampuan seseorang melaksanakan bidang tugas yang dihadapi. Kemampuan ini memungkinkan seseorang disebut tukang, ahli atau pakar di bidangnya. Sebagai misal, kemampuan pelajar menguasai mata pelajaran dan mengerjakan soal ujian, tukang kebersihan membersihkan halaman, seorang pakar menganalisis masalah, dokter menangani pasien, sopir menjalankan kendaraan dan sebagainya.

KEMAMPUAN DALAM KONTEKS SYARIAH 
Kemampuan ialah segala daya kesanggupan, kekuatan, dan kecakapan atau keterampilan teknis maupun sosial yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.
Kemampuan syariah adalah kemampuan memimpin yang mengandung aspek yang terdapat dalam kepemimpinan pada umumnya, namun pada kepemimpinan syariah terdapat nilai-nilai agama yang melandasinya.
Menurut Abu Sinn kepemimpinan dalam islam adalah sebagai berikut :
Kepemimpinan bersifat tengah-tengah, yaitu selalu menjaga hak dan kewajiban individu serta masyarakat dengan prinsip keadilan, persamaan, tidak condong pada kekerasan atau kelembutan, tidak sewenang-wenang atau berbuat aniaya. Menurut Umar RA, Kepemimpianan yang lembut tetapi tidak lemah, dan orang yang kuat namun tidak sewenang-wenang/ korup.
Kepemimpinan yang peduli pada nilai-nilai kemanusiaan, memperhatikan kemuliaannya, menyertakannya dalam setiap persoalan krusial, dan memperlakukannya dengan sebaik mungkin.
Kepemimpinan yang mementingkan kehidupan anggota teamnya, dan tidak membedakan mereka kecuali berdasarkan besarnya beban tanggung jawab yang diberikan oleh seorang pemimpin. Sebagaimana perkataan Umar RA kepada Abu Musya Al Asy’ar “ Dan bahagiakah persoalan rakyat dengan kehadiranmu, engkau adalah bagian dari mereka, tetapi sesungguhnya Allah telah memberikan bagian yang lebih berat kepadamu”
Kepemimpinan yang fokus pada tujuan dan upaya memberikan kepuasan kepada bawahan dengan memberikan suri tauladan yang baik, konsisten dan tetap bersemangat serta rela berkorban untuk mewujudkan tujuan.
Sebagaimana kepemimpinan modern, kepemimpinan dalam Islam juga meliputi dimensi kepemimpinan sebagai berikut :
Kemampuan Strategis Salah satu strategi dakwah yang dilakukan Rasulullah ketika awal penyebaran Islam adalah membebaskan kaum muslimin dari siksaan kaum Quraisy, selanjutnya mengajak berhijrah ketika siksaan yang mereka terima semakin besar, menyatukan kaum muhajirin dan Anshar di tempat hijrah, serta membuat beberapa kesepakatan damai dengan pihak non muslim.
Kemampuan Interpersonal Ada beberapa kemampuan interpersonal yang harus ditunjukkan pemimpin dihadapan bawahannya, yaitu : Menunjukkan suri teladan (qudwah hasanah) yang baik atas semua aktivitas yang dilakukan, Peduli (caring) dan berlaku adil pada bawahan, Mengajak bawahan bermusyawarah dan menghormati pendapat mereka, Melatih bawahan untuk menjalankan tugas dengan amanah, Memiliki kepercayaan terhadap kemampuan bawahan, dan mendelegasikan beberapa wewenang, Melakukan inspeksi, pengawasan dan audit terhadap kinerja bawahan secara amanah,Memiliki kemampuan teknis. Kemampuan teknis ini bisa membantunya dalam membuat perencanaan, menentukan aktivitas pekerjaan, mengajari dan kemudian mendelegasikan pada bawahan. 

BAB X
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan ialah proses mengambil sejumlah alternaif. Pengambilan keputusan penting bagi administrator pendidikan karena proses pengambilan keputusan mempunyai peran penting dalam memotivasi, kepemimpinan komunikasi, koordinasi, dan perubahan organisasi. Setiap level administrasi sekolah mngambil keputusan secara hierrarkis. Pengambilan keputusan ini sangat penting dari semua menejemen.
Menurut Mc. Farland decision : Keputusan adalah suatu tindakan pemilihan dimana pimpinan menentukan suatu kesimpulan tentang apa yang harus dilakukn dalam situasi tertentu. Selain itu juga dapat dipahami bahwa pengambilan keputusan itu tidak terlepas dari upaya memilih aternatif- alternative yang tepat untuk situasi tertentu dengan langkah-langah tertentu pula.

Konsep Dasar Pengambilan Keputusan
Dalam situasi atau manajemen tertentu, suatu keputusan harus mendahului suatu atau semua pekerjaan. Dengan kata lain rangkaian pengambilan keputusan merupakan pekerjaan yang pertama dan paling awal dari sebuah pelaksanaan pekerjaan suatu organisasi atau kelompok. Bagaimanapun sebuah pekerjaan dalam pelaksanaannya diawali dari keputusan. Dalam hal ini keputusanlah yang akan menetukan corak masa depan suatu organisasi. Dengan demikian dapat dikatan bahwa keputusan akan menjadi sebuah tindakan yang mendahului pelaksanaan pekerjaan sebab keputusan sebagai pangkal tolak semua kegiatan dan menentukan masa depan organisasi, baik berupa kemajuan, pengembangan, atau mungkin saja kemunduran akibat salah pengambilan keputusan. Meskipun penuh ketidak pastian, sebuah keputusan dibuat justru bersifat masa depan dan menjdi panduan dalam menentukan tindakan manajemen dan organisasi.
Proses Pengambilan Keputusan
Menurut Mintzberg, pada tahun 1976 memeberikan tiga tahap dalam proses pengambilan keputusan, yaitu tahap identifikasi, tahap pengembangan dan tahap pemilihan. Pada tahap identifikasi, pengambilan keputusan memahami masalah dan peluang membuat diaknosis. Pada tahap pengembangan, penegmabilan keputusan mencari standar prosedur yang tersedia atau pemecahan masalah. Pda tahap pemilihan, pengambil keputusan dapat memilih dengan menggunakan pertimbangan, analis logis, dan basis sistematis.
Menurut Drucker (1993) seorang ahli pemimpin organisasi memberikan enam langkah dalam proses pengambilan keputusan yaitu mendefinisikan masalah, menganalisis masalah, mengembangkan alternatif pemecahan masalah, memutuskan satu pemecahan masalah, merencanakan tindaan yang efektif, dan memantau menilai hasilnya.
Menurut Simon (1997) pemenang nobel teori pengbilan keputusan menggambarkan proses pengambilan keputusan atas tiga tahap yaitu, kegiatan inteligen, kegiatan desain, dan kegiatan pemilihan. Kegiatan inteligen seperti halnya dimiliter, pengambilan keputusan diawali dengan mengintai dan mengidentifikasi situasi dan kondisi lingungan. Kegiatan desain, mengambil keputusan menemukan, mengembngkan, dan menganalisis kemungkinan dari aksi yang akan di ambil.
Gaya Pengambilan Keputusan
Gaya Pemerintah 
Memiliki toleransi yan rendah terhadap ketidakjelasan para pengambil keputusan dan mencari rasional. Gaya pemerintah mengambil keputusan dengan cepat, dan mereka focus pada jangka pendek.
Gaya Analitis
Memiliki toleransi yang jauh lebih besar terhadap ketidakpastian daripada pa pengambil keputusan pemerintah. Pengambilan keputusan yang hati-hati dengan kemampuan untuk mengadaptasi atau mengantasi situasi-situasi baru.
Gaya Konseptual
Cenderung sangat luas dalam pandangan mereka dan mempertimbangkan banyak alternative. Fokus mereka adalah jangka panjang, dan mereka sangat baik dalam menemukan solusi kreatif terhadap suatu masalah.
Gaya Perilaku
Mencirikan pengambil keputusan yang bekerja baik dengan orang lain. Mereka memperhatikan pencapaian dari rekan kerja dan bawahan. Mereka mudah menerima saran dari orang lain dan sangat menyadarkan pada pertemuan untuk komunikasi.
Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi Sederhana
Biasanya permasalahan yang dihadapi oleh organisasi sederhana adalah masalah strategis (permasalahan penting, siasat supaya tidak mati terjepit oleh organisasi lain), dan langsung pada permasalaha organisasi atau permasalahan kerja. Manajer organisasi sederhana yang masih kecil menghadapi permaslahan penting berupa tenaga kerja. Masalah stateginya meliputi wilayah lingkungan gerak dan wilayah operasi. Dengan demikian, permasalahan utamanya adalah permasalahan hubungan dengan pihak yang dapat memberikan dukunagn kepada manajer dalam menghadapi pesaingnya. Dari segi pengambilan keputusan permasalahan tersebut tidak dapat ditelaah secara kuantitatif karena karakteristik lebih bersifat personal atau hubungan antar pribadi. Adapun pada taraf operasional terletak masalah yang cukup beraneka ragam.
Untuk mempermudah pekerjaan dan tugas terutama dari segi menghadapi permasalahan dan mengambil keputusan harus dibuat system kerja yang palinga sesuai denga realitas dan tidak kontraktif denagn bagian atau system kerja instansi lain yang harus mengadakan kontrak kerja sama. Sistem kerja tersebut harus merupakan system yang harus dikembangkan melalui klasifikasi dari tipe keputusan yang harus diambil beserta tekik pengambilan keputusan yang hendak digunakan.
Pengambilan Keputusan Dalam Tinjauan Syari’ah
Menurut Yusanto (1998), pengambilan keputusandalam islam dibedakan sesuai tipe permasalahannya ke dalam tiga bentuk berikut, yaitu 
Pengambilan keputusan dalam masalah tasyri’
Dalam masalah tasyri’, keputusan diambil dengan merujuk pada dalil-dalil syara’atau untuk perkra-perkara baru dilakukan dengan cara ijtihad yang dilakukan oleh para mujtahid. Ijtihad menurut Qardhawi (1995), di artikan sebagai mengerahkan segenap kemampuan untuk menetapkan hukun syara’ untuk diamalkan dengan cara istinbat. Para mujtahid menetapkan hokum dengan jalan ijtihad yang benar merujuk pada sumber-sumber hukum syara’. Apabila yang dihasilkan ijtihad berbeda-beda maka imam (khalifah atau kepala Negara) berhak melegislasi salah satu pendapat yang dinilai paling benar, dan itu menjadi hukum syara’ bagi kaum muslimin. Hal ini sesuai kaidan syara’ “Amrul imam yarfa’ul khilaf” yang berarti keputusan iamm menghilangkan perselisihan, dan “Amrul imam nafidzu dhahiran wa batinan”, perintah imam wajib dilaksanakan dhahir maupun batin.
Pengambilan keputusan dalam masalah yang memebutuhkan keahlian atau pemikiran yang mendalam.
Dalam masalah yang membutuhkan keahlian (skill), pengambilan keputusan di lakukan dengan cara mengambil pendapat yang paling benar dan tepat (ahli).
Pengambilan kepuusan dalam masalah yang tidak membutuhkan keahlain atau dapat dimengerti oleh banyak pihak.
Dalam masalah yang tidak memebutuhkan keahlian (skil), yakni di luar kedua masalah di atas, keputusan diamabil berdasarakan suara terbanyak atau musyawarah mufakat.






















BAB XI
PENGAWASAN DALAM ISLAM
Definisi Pengawasan
Istilah pengwasan dalam bahasa indonesia berasal dari kata awas, sehingga pengawasan merupakan suatu kegiatan mengawasi,dalam arti melihat sesuatu secara seksama.sedangkan istilah pengawasan dalam bahasa inggris yaitu controlling, yang bermakna pengawasan dan pengendalian, sehingga istilah controlling lebih luas maknanya daripada pengawasan.
Pengawasan dalam pandangan islam dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus mengoreksi yang salah, dan membenarkan yang haq.
Dapat disimpulkan pengawasan adalah suatu proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Atau dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang semula
Prasyarat Pengawasan
Membutuhkan standar pengawasan yang baik dan dapat dilaksanakan
Menghindarkan adanya tekanan
Melakukan koreksi rencana yang dapat digunakan untuk  mengadakan perbaikan serta penyempurnaan rencana yang akan datang.
Menurut pendapat Melayu S.P.Hasibuan , beberapa syarat pengawasan yaitu :
Menentukan standar-standar yang akan digunakan untuk dasar pengawasan
Mengukur pelaksanaan atau hasil yang dicapai 
Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan penyimpangan bila ada
Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan supaya pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana
Adapun menurut Siagian dalam syarat pengawasan itu dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pengawasan harus merefleksikan sifat dan berbagai kegiatan, maksudnya adalah teknik pengawasan harus sesuai antara lain tentang penentuan informasi siapa yang melakukan pengawasan dan kegiatan apa yang menjadi sasaran pengawasan tersebut.
Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang kemungkinan adanya deviasi dan rencana.
Pengawasan yang efektif dilakukan minimal satu kali dalam seminggu, agar tugas yang diberikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Obyektivitas dalam melakukan pengawasan.
Pengawasan harus memperhitungkan pola dasar organisasi, seperti pembagian tugas, pendelegasian wewenang, pola pertanggung jawaban jalur komunikasi dan informasi.
Efesiensi pelaksanaan pengawasan.
Pemahaman sistem pengawasan oleh semua pihak yang terlibat.
Pengawasan mencari apa yang tidak beres.
Pengawasan harus bersifat membimbing.
3. Teknik pengawasan
Menurut Sarwoto (2001:101) Teknik pengawasan sebagai berikut :
Pengawasan Langsung
Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan oleh seorang manajer atau pimpinan pada saat kegiatan sedang dilaksanakan. Pengawasan dapat berbentuk seperti :
Inspeksi Langsung
Inspeksi langsung adalah pengawasan yang dilakukan secara langsung oleh atasan terhadap bawahan pada saat kegiatan, dilakukan.
Observasi ditempat
Observasi ditempat adalah pengawasan yang dilakukan oleh atasan terhadap bawahan sebelum kegiatan dilakukan.
Laporan Ditempat
Laporan ditempat adalah laporan yang disampaikan bawahan secara langsung pada saat atasan mengadakan inspeksi langsung kegiatan dilakanakan.
Pengawasan tidak langsung
. Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan yang dilakukan dari jarak jauh melalui telepon yang disampaikan oleh bawahan yang berbentuk seperti :
Laporan Tertulis
          Laporan tertulis adalah laporan yang disampaikan oleh bawahan kepada atasan dalam bentuk laporan kegiatan yang dibukukan, dilaporkan secara berkala.
Laporan.
Laporan lisan adalah laporan yang disampaikan bawahan secara langsung kepada atasan mengenai kendala yang dihadapi pada saat melaksanakan kegiatan, baik berupa penyimpangan maupun sasaran-sasaran.
4. Syari’ah dalam fungsi pengawasan
Dalam pandangan islam, pengawasan dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah, dan membenarkan yang hak. Pengawasan dalam islam terbagi menjadi dua hal, yaitu :
Pertama, control yang berasal dari diri sendiri yang bersumber dari tauhid dan keimanan kepada Allah SWT. Seseorang yang yakin bahwa Allah pasti selalu mengawasi hamba-hambanya, maka ia akan bertindak hati-hati  dalam surat Al-Mujadilah ayat 7 telah dijelaskan bahwa :
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۖ مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَىٰ ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَىٰ مِنْ ذَٰلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ۖ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ(7)
“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan
antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang Telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. Al Mujadalah : 7)

Kemudian juga harus didasari atas ketakwaan yang tinggi kepada Allah, dimana dengan adanya ketakwaan kepada Allah, maka akan ada rasa takut untuk melakukan suatu kecurangan dalam pekerjaan dan merasa diri bahwa Allah selalu melihat apa yang kita perbuat.
Kedua, sebuah pengawasan akan lebih efektif jika system pengawasan tersebut dilakukan dari luar diri sendiri. System pengawasan ini dapat terdiri atas mekanisme pengawasan dari pemimpin yang berkaitan dengan penyelesaian tugas yang telah didelegasikan, kesesuaian antara penyelesaian tugas dan perencanaan tugas, dan lain-lain sebagainya.




BAB XII
MANAJEMEN LOCAL DALAM ISLAM
Definisi Sentralisasi dan Desentralisasi
Sentralisasi adalah  memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil manajer atau yang berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi. Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia sebelum adanya otonomi daerah.
Desentralisasi adalah azas penyelenggaraan pemerintah yang dipertentangkan dengan sentralisasi. Desentralisasi menghasilkan pemerintah local (local governance) sebagai disana terjadi “…a ‘superior” governance assignd responbility, author, or function to ‘lower’ government unit this is assumed to have some degree of authority’. Adanya pembagian kewenangan serta tersedianya ruang gerak yang memadai untuk memaknai kewenangan yang diberikan kepada unit pemerintahan yang lebih rendah (pemerintah local), merupakan perbedaan terpenting antara konsep desentralisasi dan sentralisasi.

Keistimewaan Pemerintahan Desentralisasi
Aceh
Aspek Non Fiskal
Dapat memilih bendera,lamabang/simbol dan hymne daerah sendiri
Saat mendirikan partai politik lokal
Jumlah anggota dprd provinsi lebih banyak daripada jumlah anggota di provinsi lain yang memiliki jumlah penduduk sama
Memiliki keuntungan di semua sektor seperti seperti kelautan,perikanan,investasi,dan perdagangan
 Aspek fiskal
Pemerintah aceh mendapat dan otonomi khusus (otsus) yang besarnya setara 2% plafon DAU nasional. dari dana tersebut,minimal 30% harus di alokasikan untuk pendidikan dan untuk pembangunan diaokasikan sesuai kesepakatan antara pemerintah dan pemerintah kabupaten/kota.

Papua dan papua barat
Aspek Non Fiskal
Gubernur dan wakil gubernur haruslah OAP.
Jumlah anggota DPRD provinsi lebih banyak  dari pada jumlahanggota di provinsi yang lain yang memiliki jumalah penduduk yang sama.
Memiliki otoritas dalam perekonomian, pendidikan, kebudayaan, kesehatan, ketenagakerjaan, kependudukan, sosial dan lingkungan hiddup.
Mendirikan Majelis Rakyat Papua (MRP) dan Majelis Rakyat Papua Provinsi Papua Barat (MRP-PB) sebagai lembaga representasi adat (kultural) OAP untuk melindungi hak-hak OAP. Keanggotaannya terdiri dari 1/3 wakil adat, 1/3 wakil perempuan dan 1/3 wakil agama.
Aspek fiksal:
Mendapatka dana otonomi khusus yang besarnya setara dengan 2% dari plafon DAU nasional, yang utamanya digunakan untuk pendidikan dan kesehatan.
Mendapatakan dana tambahan infrastruktur.
Mendapatkan 70% dana bagi hasil pertambangan minyak, sebagaimana di aceh.
Daerah istimewa Yogyakarta
Aspek nonfiskal
Keistimewaan dalam tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, wewenang gubernur, dan wakil gubernur.
Kelembagan pemerintah daerah DIY.
Kebudayaan.
Pertahanan.
Tata ruang.
Aspek fiskal
Pemerintah pusat menyediakan pendanaan dalam rangka penyelenggaraan urusan keistimewaan DIY dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sesuai dengan kebutuhan DIY dan kemampuan keuangan negara. Penyalurannya melalui transfer ke daerah.
Dana tersebut dibahas dan ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kemajuan. Pemerintah Daerah DIY. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengalokasian dan penyaluran dana keistimewaan diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Gubernur melaporkan pelaksanaan kegiatan keistimewaan DIY kepada pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri pada setiap akhir Tahun Anggaran.
Lokalisasi Pemerintahan dalam Islam
Dalam pandangan islam, penyelenggaraan kesejahteraan rakyat tidak boleh bertentangan dengan syariat islam. Untuk itu tidaklah mungkin negara ditata menurut syariat islam misalnya melakukan lokalisasu wanita tuna asusila (perzinaan) atau penjualan khamar, dll. Ataupun perbuatan lain yang dilarang oleh syariat islam. 
Dalam pandangan islam, umat berhak mendapatkan kesejahteraan dan perintahan berkewajiban mensejahterakan umum dan mencerdasakan umat. Bahkan harus aktif dalam berbagai aspek kehidupan yang berkaitan dengan kesejahteraan rakyat seseluruhnya
 Kebebasan dari miskin
Mungkin tidak ada negara yang tidak memprogamkan kemakmuran perekonomian rakyatnya. Semua politisi menjadikan pemberantasan kemiskinan sebagai issue sentral, baik dalam kampanye, ataupun sudah menkadi kepala negara. Namun dengan demikian cara suatau negara untuk mengatasinya mugkin beerbeda-beda.
Dalam doktrin barat individualis, kemakmuran dapat dicapai apabila tiap individu berjuang untuk mencapai kemakmuran, sehingga masyarakat akan terpenuhi kebutuhannya dan akan makmur pula kehidupannya. Titik utama perjuangan mereka adalah pemupukan dan pengumpulan modal atau kapital.
Dengan cara pengumpulan modal, mereka berpendapat bahwa kapital itu dapat diinvestasikan misalnya di bidang produktif dengan mendirikan pabrik atau di bidang agro bisnis seperti pertanian, peternakan dan perikanan. Upaya lain yang dilakukannya yaitu dengan mendepositokan ke bank dan memberikan kredit kepada yang membutuhkan.
Berbeda dengan pandangan islam terhadap piagam madinah, dalam piagam tersebut dijelaskan bahwa konsep yang digunakan adalah kerjasama dan tolong menolong, menekankan jaminan atau perlindungan Alloh swt. Terhadapa orang Mukmin dan sebagaian mereka wajib membantunya dan memberikan perlindungan. 
Dalam pandangan islam, kemiskinan itu sanagat bisa mendekatkan pada kekafiran sehingga harus dilenyapkan atau dikurangi. Nabi Saw bersabda:
" hampir saja kemiskinan menjadi kekufuran" (HR: Athabrani) 
Dalam mengatasi kemiskinan, sumber yang paling pokok untuk mengatasinya yaitu dengam zakat, selain berkewajiban mengeluarkan zakat bagi kaum mukmin yang mampu, juga dianjurkan untuk bersedekah kepada fakir miskin.

Kemaslahatan Lokal dalam Wilayah Islam
Dalam wilayah mu`amalat, adat, dan sejenisnya penilaian maslahah sepenuhnya diserahkan pada keputusan tradisi masyarakat dan "petimbangan akal". Jadi hukum syari`at kategori mu`amalat, adat, dan sejenisnya akal manusialah yang mampu memberikan penilaian secara obyektif apakah ajaran dimaksud mengandung cita kemaslahatan selanjutnya wajib dipatuhi atau mengandung kerusakan dan umat Islam berkewajiban menghindarinya. 
Dalam pandangan al-Thufi, al-Qur`an, al-Sunnah, dan juga Ijma` harus dikedepankan dalam hukum syari`ah kategori al-ibadat dan al-muqaddarat, sebab hukum-hukum ibadat dan sejenisnya adalah hak prerogatif Allah, sehingga untuk mengetahui hak-hak-Nya pun tidak mungkin kecuali melalui informasi dari sisi-Nya. Sedangkan dalam wilayah mu`amalat dan adat sebaliknya, 
Dalam hukum syari`ah kategori ibadat, muqaddarat, dan sejenisnya, al-Qur`an, al-Hadits, al-Ijma`, dan dalil-dalil lainnya, bagi al-Thufi masih tetap menjadi acuan utama untuk menentukan keabsahannya.
Acuan utama dalam hukum syari`ah kategori mu`amalat, adat (tradisi), dan sejenisnya adalah cita kemaslahatan. Sehingga manakala terjadi kontradiksi antara teks-teks kitab suci dan al-sunnah dengan cita kemaslahatan, dalam hukum syari`ah kategori ini, maka kemaslahatan harus dimenangkan. Dalam arti maslahah yang wajib lebih diutamakan.
 Pengutamaan cita kemaslahatan dalam wilayah hukum islam kategori mu`amalah dan sejenisnya bukan dengan cara mengabaikan al-qur`an, al-sunnah maupun ijma`, melainkan dengan metode "takhshis" atau interpretasi (al-bayan).
 Untuk mengenali kemaslahatan dalam hukum islam kategori mu`amalat sepenuhnya diserahkan pada pertimbangan nalar (akal) serta situasi dan kondisi masyarakat bersangkutan. Tidak perlu dukungan maupun pengakuan dari syari` sebagai peletak ajaran.
 Kemaslahatan adalah dalil yang paling kuat argumentatifnya, sebab ia merupkan intisari dari semua dalil-dalil yang ada.
Maslahah al-thufi bukanlah al-maslahah al-mursalahnya imam malik maupun ulama lainnya.








DAFTAR PUSTAKA


Abdul Halim Usman, Manajemen Strategis Syariah,(Jakarta:PT Bestari Buana Murni),hlm.208
Mesiono, Manajemen Organisasi,(Bandung:Citapustaka Media Perintis,2012),hlm.153-155

Muhammad Ismail Yusanto,Pengantar Mnajemen Syariat,(Jakarta:Khairul Bayan,2003),hlm.121-123

Kampus Pendidikan, Keterampilan Teknis dan Sosial
http://kampuspendidikan.blogspot.com/2014/02/2-ketrampilan-hidup-yang-fundamental.html
Muhammad Alim, Asas-Asas Negara Hukum Modern dalam Islam (Yogyakarta: LKiS, 2010), hlm. 42.
. Abdul Rozaki, Membongkar Mitos Keistimewaan Yogyakarta (Yogyakarta: Institute for Research  and Empowerment, 2003), hlm. 105.
Syamsuddin Haris, Desentralisasi dan Otonom Daerah: Desentralisasi, Demokratisasi& Akuntabilitas Pemerintah Daerah, ( Jakarta: LIPI Press, 2007), hlm. 40.
Sri Hastutik, Kepemimpinan Syariah
http://www.jtanzilco.com/blog/detail/39/slug/kepemimpinan-syariah

Abi Asmana, Pengertian Pengawasan Menurut Para Ahli, diambil dari : http://legalstudies71.blogspot.com/2016/03/pengertian-pengawasan-menurut-para-ahli.html, diakses tanggal 02 september 2018, pukul 22.38
 Abdul Mannan, 2000, Membangun Islam Kaffah, penerbit Padina Pustaka, hlm. 152. 
 Soewarto Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan manajemen (Gunung agung, 1983).










No comments:

Post a Comment